Tuesday, July 22, 2014

#CKS -2

Halo. Jadi, gue lagi pegel, nih. (siapa juga yang peduli.) Kalo gitu, mari kita langsung ke cerita. Btw, Carissa-nya udah sembuh dari lama, lho. (Iya, lah. Yakalee belom sembuh. -__-)
Buat yang gak tau ada cerita CKS yang pertama, klik -> di sini

Nah, ini buat yang PENASARAN BENJETS pengen tau kelanjutannya:


"Eh, pendek, lo udah sembuh apa belom, sih?"

Sudah 5 hari Carissa mendiang dan bosan di rumah sakit itu. Badannya sudah meninggi, dokter juga bilang keadaanya sudah pulih, namun, ia masih saja tidak diijinkan untuk bertelur.

Eh, maksudnya, pulang.

Carissa merasa gatal, karena ia belum mandi semenjak hari pertama. sambil menggaruk kepalanya (yang mungkin sudah kutuan, karena terlalu lama berdekatan dengan Yrrag.), ia bergumam, "Sembuh sih, udah. Punya jodoh yang belom. Tapi, gue curiga tentang sesuatu."

"Curiga napa?", tanya Yrrag sambil garuk garuk kepala (kan dia kutuan.)
"Yah... gara-gara..."

Belum selesai Carissa menjawab, seorang polisi tiba-tiba membuka pintu kamar rawatnya. Carissa ingin pingsan, tapi gak jadi, karena rambutnya gatal se-gatal-gatalnya. (Iye, tau. Kaga ade hubungannye.)

"Mbak Carissa? Adik dari saudara Karn?", tanya polisi tersebut.
"Saya kakaknya. Kenapa dengan adik saya? Apa dia mencuri tulang lagi? Ah, tuh bocah emang bener-bener.", gumam Carissa, menggelengkan kepalanya.
"Bukan, mbak. Karn ganteng banget. Pengen saya jodohin dengan anak saya.", kata pak polisi, mengklarifikasi.

SALAH NASKAH WOI. INI PENULISNYA SIAPA, COBA?

Mari diulang.

Pak polisi menundukan kepalanya, kemudian bergumam, "Bukan, mbak. Karn gak nyuri tulang. Ini kasus yang lebih parah."

Carissa tidak berkomentar. Ia hanya menukikan alisnya, heran.

"Kemarin, ketika saya berpatroli saya melihat ada sebuah bungga Rafflesia Arnoldi di depan rumah mbak. Dan, setelah saya periksa sidik jarinya, di sana penuh dengan sidik jari Karn.", jelas pak Polisi.

Seketika, Karn bangun dari tidurnya, "Wih, ada pak Polisi. Ayo kita makan coca cola beku dan fanta beku bareng-bareng! Wah, pak. Udah lama banget gak ketemu."

"Sok akrab banget si, lo!", seru Chiko yang baru bangun tidur juga. *lah*

Yrrag selalu gugup jika ada di depan seorang polisi. Maka, ia segera pergi ke toilet. "Um, gue ke toilet dulu, ya. Eh, chiko! Gantian dong!" *lah*

Apa gue bebasin aja, terus gue kawinin sama anak gue, ya. Tapi, kan... anak gue cowok. Emangnya dia mau? Hmm..., batin pak polisi muali aktif. Ia menimbang-nimbang harus diapakan si Karn ini.

Carissa kembali bicara dengan santai, "Pak, emang kenapa dengan bunga Rafflesia? Ya elah, pak... Paling juga bunga plastik, yang dia comot dari restoran."

Tiba-tiba, pak Sugi muncul. "KEMANA SAJA KAU CARISSA SELAMA PELAJARAN SAYA?" Lalu, setelah berkata demikian, pak Sugi keluar lagi. Kiraiin bawaiin si Carissa buah. Taunya Enggak. Huft. Php.

Carissa menepuk pipinya, kemudian menonjok Karn. "OH IYA! GUE INGET!!!! ITU BUNGA BANGKE KAN!!!! AH BANGKE TUH BUNGA BANGKE!!! UDAH BANGKE, SUSAH DICARI, SOK-SOK AN LAGI. AH BANGKE!" Pak Polisi menggelengkan kepalanya, kemudian kembali lagi ke topik pembicaraan sebelumnya. "Jadi, kamu sudah mengerti apa maksud saya?"

"Belom, sih, Pak. Hehehehe." cengengesannya si Carissa emang paling ampuh. Akhirnya, pak Polisi menjelaskan maksudnya apa, "Kamu tau, kan, kalo Rafflesia itu bunga yang langka dan dilindungi pemerintah? Nah, sekitar 5 hari yang lalu, seseorang mencuri bunga Rafflesia dari Kebon Raya Bogor. Makanya, kemarin itu, saya berpatroli. Dan menemukan sebuah bunga Rafflesia di depan rumah anda. Setelah saya periksa, bunga itu penuh dengan sidik jari saudara Karn."

"HAH? Aduh, pak. Segoblok-goblok dan se-oon-oonnya saya, saya gak pernah nyuri bunga gituan. Lagian, kerjaan saya cuma makan ama tidur di sembarang tempat bareng Chiko. Terus, bunga Rafflesia aja saya gak tau apaan. Mungkin maksud bapak, bunga gede polkadot dan baunya gak sedap kayak bangke, yang kemaren ada depan rumah saya, yah?" untuk pertama kalinya, Karn ngomong panjang lebar.

"ITU NAMANYA BUNGA RAFFLESIA, KARN!", Carissa dan pak polisi berteriak berbarengan.

"Oh, kalo itu mah, saya juga bingung. Tapi, sumpah deh. Bukan saya yang nyuri. Pas kak Yrrag teriak-teriak karena ceceku pingsan, aku langsung ke bawah. Eh, pas ke bawah, ternyata ada bunga gede gitu. Aku liat dari jauh sih, unyu. Terus, aku bermaksud pengen pindahin bunganya ke dalem dulu. Jadi, aku pegang dan aku coba buat angkat. Tapi, baunya nggak nahan. Jadi, aku nggak jadi angkat. Jadi, aku langsung ke rumah sakit, deh.", jelas Karn.


Yrrag menyela tiba-tiba, "Mungkin, itu orang iseng kali, Pak. Siapa tau, si pelaku gak mau terlibat kasus-kasus gak jelas, dan akhirnya, dia memutuskan buat geletakin bunga Rafflesianya di rumah orang. Yah, sayangnya, temen saya ini yang jadi korban."

"Tunggu-tunggu. Sebelum lo dateng, kayaknya gak ada bunga Rafflesia, deh. Apa mungkin lo?", tanya Carissa, mencurigai Yrrag. "Lo nggak percaya sama gue, ndek? Ayolah, gue gak segila itu, kali." sergah Yrrag.

"Kayaknya, ini kudu diperiksa lebih lanjut. Karn dan kamu, Yaiks. Siapa nama kamu? Ikut sama saya," Pak polisi akhirnya membawa mereka berdua.

Ketika mereka ingin dibawa ke Kantor Polisi, Karn tiba-tiba aja tertidur di pundak pak polisi. Bukan salahnya, mungkin pundaknya si pak Polisi mirip pundak si Chiko.#ups

Sesampainya di kantor polisi, Karn dan Yrrag dimasukan ke dalam satu ruangan yang agak sempit, agar polisi tadi bisa memeriksa mereka dengan lebih leluasa. Karn sudah terbangun dari tidurnya, sedangkan Yrrag terlihat amat-sangat-terlalu-tegang. (Iye, tau. Kalimatnya kagak epektip.)

Pak polisi memulai pembicaraanya dengan santai, "Kalian mau minum dulu, nggak?" Karena Karn adalah anak yang amat-sangat-outgoing, ia tanpa ragu mengiyakan. Sedangkan Yrrag, ia tegang setegang-tegangnya, karena nggak tau harus jelasin apa.

Pikirannya melayang ke kejadian beberapa hari lalu.

"NGGAK. NGGAK. ITU BUKAN BUNGA ASLI. BUKAN!!!!" spontan, Yrrag berteriak-teriak. Polisi yang baru saja mengambil secangkir es jeruk untuk Karn, menjatuhkan es jeruknya. "Ah, es jeruk saya kenapa ditumpahin, pak? Saya kan belom pernah coba es jeruk cair. Saya seringnya yang beku... Ah, bapak PHP saya. Saya gak jadi nikah deh, sama anak bapak. Saya sama Nabilah JKT porti eit aja.""

"Kenapa teriak-teriak, Yrrag?" tanya pak Polisi, tidak memperdulikan apa yang dikatakan Karn. (emangnya siapa yang peduli Karn bilang apa.)
"Saya... saya... Awalnya saya ingin BAB, tapi gak keluar-keluar. Akhirnya saya ke toilet tetangga sebelah, tetangga saya juga ga keluar keluar BAB-nya, akhirnya saya ke rumah temen saya, terus mamanya nawarin saya piring. Terus abis itu, saya jongkok di piring, taunya cuma kentut. Sakitnya tuh, di sini, pak. Saya terus..."

Pak Polisi memotong pembicaraan Yrrag. "STOP! KAMU INI GAK BISA SERIUS YA? TATAP MATA SAYA. BICARALAH DENGAN BENAR DAN TERTATA. JANGAN SAMBIL GETER-GETERIN PANTAT BEGITU. KAU INI KALAU NEMBAK CEWEK PASTI MENCRET, YA?"

"Nggak, pak. Saya cuma gak tau harus ngomong apaan..." Yrrag mengakui yang sebenarnya.

"Coba kamu tulis di kertas aja, deh." tawar pak polisi. Akhirnya, Yrrag mengiyakan.

1 detik berlalu. 2 detik berlalu. 3 detik berlalu. 4 detik berlalu. 6 detik berlalu. Sampai akhirnya, 1 menit pun berlalu. (padahal baru 10 detik. Penulisnya siapa, sih!)

Yrrag memberikan kertasnya. Isinya kira-kira begini:
(P.S: Yang kuning kuning adalah nces si Yrrag. Nulisnya buru-buru, jadi tumpah tumpah ncesnya.)
Ada yang bisa baca? Supaya bisa dibaca, maka, dengan ini, kesimpulanya, penulis dari CKS-2 harus mengetik terjemahan dari coretan-penuh-nces itu.

Waktu itu ada seorang Mafia, pak. MAFIA BENERAN, PAK. BUKAN GURU MAT FISIKA KIMIA. Jayus ya, pak? Hehehe. Saya emang kebiasaan jayus, pak. Maknya saya susah nyari cewek. Eh, maaf pak. Malah curhat. 
Nih, saya lanjutin. Pas saya lihat mafia itu lagi nyeret-nyeret sebuah karung, saya membuka percakapan dengan dia. 
"Halo mas! Nama saya Yrrag. Mas bawa apaan, tuh?" 
"ABPA MAOU KAMOUH!!??" 
"Saya cuma mau tanya, mas bawa apaan, tuh? Bawa cinta yang besar, ya? Hehehe." (udah saya bilang, pak. Saya suka ngejayus. Itu passion saya.)
"BUOKAN OUROUSAN KAMOU!!!"
"Mas, itu ada cewek cantik di belakang. Buka dulu gih, cadarnya!"
 Rencana saya berhasil, Pak! Mas Mafia itu buka cadarnya. Dia lihat cewek cantik di belakang (mama saya maksudnya), terus pas dia mau nengok, saya tonjok kupingnya, saya tendang selangkangannya, saya bejek perut buncitnya. Dia pingsan, dan kejedot sesuatu yang ada di karungnya. Kenceng, sampe kepalanya berdarah. 

Saya terpaku sama karung yg dia seret-seret, akhirnya saya cium. Bau. Saya buka. Ternyata bunga rafflesia! Dalam hati, saya berseru, 'Wah! Kan mau ke rumah si pendek! Bawa aja lah ya buat dia! Anti mainstream, men!!'


Setelah itu saya seret-seret bunganya, saya bawa ke rumah si ndek.

Pak polisi manggut manggut membaca kertas Yrrag. Tertarik pada si Mafia, pak Polisi bertanya, "Mafianya mati, gak?"
"M.....M....M.....M.......M....." yrrag kagok. Gak tau mau jawab apa.

"Mmmm?" sahut pak polisi.

"M....M..... MA..... MA......"

"MATI GAK!?!?!" pak Polisi berteriak tidak sabaran.

 "MA..... MA...... MA..... MANA SAYA TAHU PAK!?!?!?!?"

Yrrag menambahkan, "Oh ya, Pak. Saya punya satu passion lagi. PHP orang. Hehehehe. Maaf, pak."
Pak polisi mengembang-kempiskan hidungnya (terus ingusnya keluar menggantung hijau hijau di lubang hidung.) Sambil mengelus-elus dadanya, ia berkata, "Coba telepon mama kamu. Mama kamu hebat, betewe."

Yrrag melakukan apa yang disuruh pak Polisi. Ia menelpon ibunya di belakang. Kemudian kembali lagi pada pak polisi yang menunggu di ruangan. "Pak....." Yrrag gagap kembali.

"APA?!?!" seru pak Polisi tidak sabaran.

"Um....." cucur keringat dingin turun dari kening Yrrag.

"....." pak Polisi menunggu pernyataan dari Yrrag.

"......" Yrrag menunggu dijawab pak polisi.

"......" Mereka diem-dieman.

"......" Masih diem-dieman.

1 jam kemudian.

"JADI APA YRRAG!??!?!?!? NAPA KAMU MALAH IKUTAN DIAM!??!?!" seru pak Polisi sambil banting meja.

Yrrag menarik napas dalam-dalam. "Gini ya, pak. Ternyata itu bukan mas-mas Mafia. BAPAK MAU TAU ITU SIAPA!?!?!? ITU PETUGAS KEBON RAYA BOGOR!!!!!!!!"

".......terus kenapa dia pake cadar?"

"Karena bunga rafflesia bau, pak.........."

"Terus dia mati, gak?"

"DIA GAK MATI, PAK. CUMA IDUNGNYA JADI PESEK GARA-GARA SAYA TONJOK! Terus..... selangkangannya bengkak, pak.............."

"Yrrag." kata pak Polisi. Pak polisi melanjutkan, "KAMU TAU GAK KALO IDUNG PESEK DAN SELANGKANGAN BENGKAK BIKIN KITA SUSAH NYARI CEWEK?"

Yrrag terdiam sejenak. Merenungi apa yang telah diperbuatnya. Jutaan "Harusnya gue gak begitu..." menghantui pikiran Yrrag. Ia tau ia salah. Tapi, ia hanya ingin membuat Carissa bahagia. Ia hanya ingin melihat Carissa tersenyum karenanya.

Tapi, ia tahu ia salah. Ia tahu kalau dia gak harus pesekin idung orang buat bahagiain seseorang. There are many reasons to make someone happy, but some of them may just wrong.

"Sa...sa.... Saya maafin kamu, kok......" seseorang berkata gagap. Yrrag menengok ke belakang, melihat seseorang yang hidungnya diperban dan berjalan ngengkang dengan tongkat.

"Mas....... Maafin saya, mas. Saya gak tau harus ngomong apalagi, mas. Maaf aja, mas." Yrrag berlari dan berjongkok ke hadapan mas-mas-yang-dikira-mafia-taunya-pengurus-kebon-raya-bogor.
"Saya maafin kamu. Karena saya tahu, tujuan kamu baik. Tapi, gak semua tujuan baik, kalau cara mencapainya nggak baik. Pak polisi, udah bebasin aja nih anak. Masih labil otaknya. Lagian, saya udah punya istri, pak......."
Pak polisi speechless. Yrrag mangap ampe ngeces, karena kaget.

"Udah ya, ngengkang lama-lama bikin sakit, nih. Saya mau pulang dulu, ya." pamit mas-mas-yang-dikira-mafia-taunya-pengurus-kebon-raya-bogor.

Pak polisi membebaskan Yrrag dan akhirnya Yrrag kembali ke rumah sakit. Karena ia tidak mau menunda lagi, ia mengatakan yang sebenarnya dan menceritakan kejadian yang sebenarnya, serta mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada Carissa.
"Maaf sa. Gue bukannya pehape elo, gue cuma belum siap. Tapi, sekarang gue siap." Yrrag menatap Carissa dalam-dalam. "Lo tau kan, kalo lo udah dikasih harapan, artinya ada kemungkinan buat 'harapan' yang di kasih berubah jadi kenyataan?  Dan sekarang, orang-orang tuh banyak yang salah. Setiap dikasih harapan, bilangnya langsung begini: ah paling palsu, tuh. Udah negative thinking duluan. Dan, sa. Gue gak mau elu salah. Gue mau lu tau kalo, gue gak ngasih harapan palsu. Gue tau kok, selama ini lo berharap gue punya perasaan yang sama, sama seperti yang lo rasain ke gue. Dan lo bener. Dan, terima kasih sudah naruh harapan lo ke gue. Gue gak akan sia-siain. Karena alesannya mainstream, ich liebe dich."

Dan tepat pada saat kalimat terakhir diucapkan, mesin yang digunakan untuk getaran detak jantung berubah pola dari naik turun menjadi lurus. Yrrag memanggil dokter dan berteriak brutal dari luar kamar Carissa.
Dokterpun berdatangan mengerubungi tempat tidur Carissa, mencoba memacu detak jantungnya kembali. Gagal. Hasilnya nihil.
--

Hari pemakamannya tiba. Tangisan, deruan, gonggongan bercampur menjadi satu menjadi sebuah kebisingan kosong di telinga Yrrag. Ia sedih. Sedih sekali. Menyesal. Ia sadar, ia terlambat. Sangat terlambat.
Karn menghampiri Yrrag, "Kak, ada surat terakhir dari cece. Ini buat kakak."

Yrrag menerimanya, dan langsung membacanya. Isi suratnya:

Dear puput,
Jangan panggil gw pendek lagi, karena gw mulai tinggi! Ah, put. Sorry ya. Gw bohong sama lu. Gw masih sakit sebenernya... Um, perut gw masih sakit... Dan gw juga suruh dokter bohongin lu juga, supaya mereka bilang gw baik-baik aja. Maaf, Yrrag...
Pengakuan: gw capek, yrrag. Gw capek menunggu lu. Jadi, lebih baik gw bilang aja langsung yang sebenernya.
Yrrag, terus terang, gw gak gampang jatuh cinta. Gw awalnya cuma suka sama lu, tapi rasanya mereka berdevelop menjadi rasa yang lebih dari suka. Maaf ya Yrrag, udah cinta sama lu tapi gak bilang-bilang. Makhlum ya, cewek. Pendek lagi, pffft!
Udah ah, Yrrag. Gw capek nulis. Byeeeee!!!!

Yrrag tersenyum, "Paling enggak dia dan gue sama-sama tau perasaan masing-masing."

FIN.

No comments:

Post a Comment