Monday, November 23, 2015

BEGO.

Gue kerap kali menunda pekerjaan.

Dan gue sudah ketemu solusinya sekarang.

Mungkin, banyak dari lo bilang gini:

"Ya elah, Lin! Bikin jadwal aja tentang kegiatan-kegiatan yang lo ikutin. Terus, tinggal stick to the schedule."

"Astaga, gak usah ikut banyak-banyak lah, Lin. Nyusahin diri sendiri aja."

"Kalo dikasih PR, langsung kerjain!"

"Hadeh."

"Duh, lo pecicilan sih."

"Bego."

"Autis lo."

"Jadi mau lo apa?"

"Makanya, jangan makan yang aneh-aneh. Pewangi ruangan lo bikin jadi es mambo. Ckckck."

"Bah, kapan lo punya pacar kalo begini terus."

"Jangan ngestalkin orang mulu. Nanti dikebiri tahu rasa."

Hoaaam. Gue bosan dengernya. Rasanya, dari kalimat-kalimat di atas yang nempel sama gue cuma "Bego." Karena, bego itu singkatan dari (B)ahwasannya (E)mang (G)ue (O)rang pintar. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA. *terdengar suara jangkrik dan ketawa respect dari beberapa orang*

Gue nggak ngerti kenapa juga ini semua bisa terjadi. Waktu telah mempertemukan kita, aku, kamu, dan dia. Namun, takdir berkata sebaliknya. Apa daya yang bisa ku lakukan. Mungkin, aku hanya seonggok ceker yang dagingnya jarang. #mendadakpuitis

Ngomong-ngomong, emangnya makan ceker kebanyakan bisa buat kita jadi kanker?

*hening*
*hening*
*hening*
*hening*
*hening*
*kelamaan hening*
*ketumpahan belimbing*

"Bego."

Anggep gue memang orang yang aneh. Dihujat malah seneng. Tapi, 4 huruf itu melekat dalam diri gue. Yang masih butuh banyak belajar, banyak bimbingan, banyak pacar, banyak martabak. Ketika gue sadar bahwa gue adalah orang yang masih bego, otak gue akan langsung paham bahwa diam aja gak akan mengubah diri gue dari bego parah jadi bego biasa.

Jadi, ya udah. Gue mau sampein itu aja. Kadang, seribu kata-kata yang baik tidak lebih baik dari pada satu kata berisi hujatan tajam.

Bego, lo.

Becanda, deng.

Salam penuh keb-e-g-o an,
Theniarti Ailin