Monday, November 25, 2013

Jadilah Pembuka Mata

Suatu hari, tinggal seorang pengamen cacat di dalam sebuah kardus buangan pembungkus TV. Namanya Jaq. Ia tinggal sebatang kara. Orang tua Jaq membuangnya sejak dilahirkan, karena Jaq buta sepenuhnya sejak lahir.

Setiap hari, Jaq selalu berusaha mencari uang. Entah dengan mengamen, mencuci piring, bahkan jadi tukang parkirpun ia lakoni dengan sepenuh hati. Usia Jaq masih 15 tahun. Usia dimana anak-anak remaja lain sedang heboh-hebohnya memamerkan pacar mereka, sedang dengan "tidak tahu-dirinya" menghambur-hamburkan uang orang tuanya, dan usia dimana para remaja mulai sulit menerima apa yang sudah mereka punyai.

Ketika para remaja sedang melakukan semua hal itu, Jaq harus kuat mental tidap hari ditimpuki telur dengan segala orang kaya yang iseng. Harus banting tulang, walaupun ia buta dan masih belia, dan harus menerima kenyataan sulit bahwa ia buta dan ia telah dibuang orang tuanya.

Hari itu hari senin pagi yang hangat di Jogjakarta. Jaq menenteng-nenteng gitar lusuhnya, berjalan mantap menuju Candi Borobudur.

Sesampainya disana, ia merasakan kehadiran sebuah bus. Yang sepertinya bus ini berisi anak sekoalh yang sedang brekreasi. Terdengar jelas dari suara mereka yang riang gembira.

"Naik boleh juga, nih. Hehehe," kata Jaq dalam hati. Beberapa detik kemudian, sampailah ia di bus itu. Ia merasakan suasana yang hangat terhadap bus ini. Semua orang tertawa dengan keras, berbagi canda, dan lain-lain.

Satu per satu dari anak itu mulai menyadari keberadaan Jaq. "Eh! Ada pengamen!", kata seorang dari mereka.

Suasana bus langsung hening. Jaq memperkenalkan diri, "Selamat pagi semua. Namaku Jaq. Agak keren buat nama pengamen, sih. Hehehe. Kalo aku nyanyi disini kalian semua keberatan, gak?"

Semua anak tertawa ngakak, kemudian bilang, "Hahaha! Mau request lagu dong!!!"

Setelah seorang anak berkata begitu, seorang guru datang mausk ke bus, kemudian langsung menyambar dan me-request lagu. "Coba nyanyikan lagunya Ebiet G. Ade yang "Untuk Kita Renungkan'!"

"Yah ibu, masa lagu itu. Mana ada yang tahu buuuuu!!", keluh seorang anak.

"Kalian semua pasti akan kagum.", kata guru itu sambil tersenyum simpul.

Jaq memulainya dengan memetikan beberapa chords, kemudian mulai menyanyikannya.

"Kita masih telanjang dan benar benar bersih,
Suci lahir dan di dalam batin,
Tengoklah ke dalam sebelum bicara,
Singkirkan debu yang masih melekat"

Satu per satu anak mulai menyadarinya. Mata Jaq yang terbuka adalah buta. Mata Jaq yang dua-duanya daritadi menatap ke depan, ternyata adalah tatapan kosong. Semua murid mulai menganga lebar.

"Anugerah dan bencana adalah kehendaknya,
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah dia di atas segalanya

Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah

Memang, bila kita kaji lebih jauh

 Dalam kekalutan, masih banyak tangan 
Yang tega berbuat nista... 
 oh, Tuhan pasti telah memperhitungkan
 Amal dan dosa yang kita perbuat 
Kemanakah lagi kita kan sembunyi 
Hanya kepadaNya kita kembali 
Tak ada yang bakal bisa menjawab 
Mari, hanya tunduk sujud padaNya

Ho ooo... Ho ooooh...
 
Kita mesti berjuang memerangi diri 

Bercermin dan banyaklah bercermin
 Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
 Berusahalah agar Dia tersenyum... 
ho..du..du...du..du..du..du..du..du..du.
oh...ho...ho...ho...du..du..du..du.
Berubahlah agar
 Dia tersenyum"

Lagu selesai dinyanyikan, murid-murid mulai ada yang menangis. Mulai ada yang masih menganga semenjak tadi, sampai mereka semua sadar, lagunya sudah terselesaikan. Jaq bingung harus bicara apa. Mau meminta uang, ia takut, mau bilang terima kasih juga rasanya canggung sekali.

Seorang anak datang menghampirinya, "Jaq, you are such an amazing singer! Your guitar playing is... AWESOME, even, sorry, you are blind.. Lagu yang lo bawakan cocok banget sama kita-kita. Yang kadang gak mau bersyukur atas apa yang kita punya. Yang kadang gak mikir dulu kalo ngomong. Terima kasih Jaq, udah membuat hari pertama kita di Jogja jadi sangat indah. Oh ya by the way, nih."

Anak itu memberikannya selembar 50rb-an. Walaupun, Jaq tidak mengerti apa yang dikatakannya. Ia tetap tersenyum dan menghargainya.

Guru yang tadi me-request lagu, mengambil mic, dan mengambil posisi disebelah Jaq. Ia berbicara kepada para muridnya, "Anak-anak, kalian semua tahu dia adalah seorang tunanetra. Ia bisa main gitar, ia masih bisa tersenyum, ia masih bisa bercanda tadi, walaupun ia buta. Coba kalian lihat diri kalian sendiri, contohnya kemaren malam, gak bisa tidur aja mengeluh terus. Lapar, mengeluh, apa-apa mengeluh. Apa kalian tidak tahu banyak orang yang tidak seberuntung kalian? Hai, Nak. Coba ceritakan tentang hidupmu selama ini."

Jaq kebingungan, kemudian ia menjawab, "Umurku masih 15 tahun. Aku tinggal di sebuah kardus TV lusuh yang kalo disenggol mungkin langsung robek. Aku dibuang oleh orang tuaku sejak masih kecil, karena aku tunanetra. Aku harus berusaha membanting tulang untuk mendapat uang. Dan aku ingin sekali punya teman dan aku ingin sekali belajar di sekolah. Setiap hari aku ditimpuki telur busuk dengan anak-anak sekolah. Terus, karena aku gak punya teman, jadi gak ada yang bela, deh. Hehehe. Setiap hari belajar di kardus terus, jadi sumpek. Kan gak enak, aku selalu berharap aku bisa sekolah seperti kalian ini. Hehehe. Pasti asyik, ya."

Jaq melanjutkan kata-katanya yang kepanjangan itu, "Aku ngomongnya kepanjangan, ya. Hehehe. Makanya, kalian harus bersyukur, ya. Setiap masalah yang menimpa kalian itu pasti ada pelajarannya. Mungkin ini udah pasaran banget kata-katanya. Tapi, memang bener, loh. Oh ya, kalo misalnya kalian semua ini mengalami sebuah ketidakberuntungan, maka yakinlah hari esok lebih baik. Yakinilah, sebuah ketidakberuntungan itu adalah awal bagi sebuah keberuntungan besar. Hehehe. Sorry, nih jadi kepanjangan. Jangan ngantuk, ya. Hehehe."

Satu persatu murid mulai maju dan menyalami Jaq, mereka memberikan sejumlah uang, kadang ada yang memberikan makanan, dan lain-lain.

Setelah Jaq bergegas untuk pergi, guru yang tadi mengucapkan sesuatu padanya, "Hey. Terima kasih telah membukakan mata murid-murid saya. Walaupun kamu buta, yakinilah, kamu selalu bisa membukakan mata orang-orang normal. Tuhan menciptakanmu untuk menjadi seperti itu. Jadi, jangan pernah gak bersyukur, walaupun kamu buta. Sekali lagi terima kasih."

Jaq bergegas pergi, kata-kata ibu guru tadi terus terngiang di otak dan hatinya, "Jadilah pembuka mata bagi orang normal, walaupun kamu buta."

-the end-

Saturday, November 9, 2013

Retret to Wisma St. Lidwina!


HO HAH.

Jadi, post sebelumnya emang agak galau. Yah, gimana, gue hanya ingin bercerita. WAHAHAHAHA. #kembalimenggila

Karena waktu itu gue mau ngepost tentang Jogja gak jadi. Terus mau post tentang camping juga gak jadi, akhirnya gue memutuskan untung nge-post tentang ret-ret.

Dan gue sungguh-sungguh tentang ini. *kasih tatapan maut* *menyeringai ala nenek sihir di film snow white*

Jadi, simak- baik-baik, atau lo bakal mati gue hajar pake remote AC.
Ancaman di atas gak perlu ditakutin, cuma anceman gak bermakna kayak diriku bagi dirimu.

Lin, jangan mulai.

Sip. Baca baik-baik, ya.

Day 1
Pagi-pagi gue dibangunkan dengan suara Ac yang berisik banget punya tetangga gue. Oke, mungkin suara AC lebih gak mainstream daripada suara kicauan burung di udara. Ya, gue ini orangnya anti mainstream.

Setelah pagi-pagi buta mendengar suara AC yang menggertak kedinginan. (gue juga gak ngerti kenapa AC bisa-bisanya kedinginan.), gue langsung beranjak dari kasur dan pergi ke ruang tamu. Untuk apa? untuk tidur lagi tentunya.

Setelah gue bangun dari ketiduran gue di sofa, gue sarapan pagi dengan nasi. Soalnya, orang Indonesia kalo gak makan nasi, konon katanya nanti bisa sakit. Hiiii. Takut. *lebay* *bodo ah*

Oke, setelah gue makan nasi, gue mandi kemudian beres-beres sebentar, terus akhirnya gue dianter susuk gue untuk menuju tempat ngumpul-ngumpul bisnya.

Kesan pertama gue adalah, gue sedih. Gue gak punya temen tempat duduk. Jadi, gue harus duduk sama orang yang gak deket sama gue. Dan gue sedih akan hal itu. Oke, mari kita jangan menggalau.

Selama perjalanan, bis gue menyanyikan berbagai macam lagu. Dengan suara pas-pasan (sangat pas-pasan), gue juga ikut karaoke-an. Bodo amat, ah. Buat mengenang masa kecil. Yah, walaupun gue juga gak tau apa hubungannya sama masa kecil gue yang suka banget tidur siang itu. Oh, ya here are the photos of the situation in bus1:


"Yang penting bangku gue kliatan kamera."


Busnya wangi, nih! Narsis dulu boo!
Pak Paulus lagi nyanyi. Lagi nyanyi apa, ya?

Om Denny lagi nyanyi, apa cuma mangap di depan mic?
 Dan setelah itu, sampailah kita di Wisma Lidwina. Tempatnya bagus banget, gede, and what a beautiful view! Sayangnya, gak ada yang fotoiin viewnya.

Oke, jadi setelah sampai di lokasi, hal pertama yang gue lakukan setelah turun dari bus adalah: foto. Bodo amat, emang dasarnya gue ini anak super narsis. Abis turun dari bus bukannya langsung ambil tas, malah foto-foto. Gak apa-apa, momen sekali sumur hidup. WAAHAHAHAHAHA. Tumben ya gue mikir gitu. Biasanya gue mikir gini: Lumayan buat masukin instagram. Siapa tau yang ngelike banyak. Hehehe.

Setelah itu, kita semua dikumpulin di aula. Diberi pengarahan sama pak Martin. Pokoknya, intinya selama kita disitu kita gak boleh berkelakuan buruk. Kita gak boleh menghancurkan suasana tenang di sini, dan kita harus menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk di kota Jakarta.

Pak Martin lagi beraksi


(Ki-Ka) Velia: Aduh, gue pengen makan jeruk. Vania: Anak gue kemana, ya. Kelly: Kayaknya tangannya Vania enak juga buat dimakan.



Ya, itu kira-kira fotonya.

Setelah dikasih pengarahan sama pak Martin, kita dikasih kunci buat akses ke kamar kita. Kamar gue nonor 18. Kamarnya juga bagus. Kira-kira begini (sorry banget kalo gelap dan ini bukan kamar gue, tapi mirip-mirp, laa.. hehe.)

"Biarpun lagi tidur, muka gue harus tetap terlihat."---yang baju oren (gak tau siapa)

Gue gak tau siapa yang lagi tidur, yang jelas mereka lagi mimpiin kalo blog gue jadi banyak yang datengin, dan hal-hal positif lainnya tentang blog bingung gue ini. Oke, abaikan.

Nah, setelah diberi pengarahan ini dan itu, akhirnya dari jam 12:00 sampai jam 16:00 kita freetime!!!

Kira-kira yang dilakukan selama freetime itu ini:

Main film India

Nge-goosip

Narsis

Meditasi

Nongkrong

Tidur
Oke, itulah yang (kira-kira) gue dan anak sekolah Ricci lakukan ketika Freetime. Kalo gue memilih untuk tidur siang dan bergosip. Narsis? Oh, tentu saja.

Oh ya, waktu freetime, gue juga audisi goyang ituk sama Velia, Yessica dan Emily. Sayang, gak gue foto. Hiks. Jadi sedih. *kemudian menangis meraung-raung*

Oh yeah, abis freetime, kita semua ngumpul lagi buat snack sore. Hmm. Makanannya yah, yang kayak buat snack. Kayak gorengan dll. Suasananya kira-kira kayak gini:

Aduh, gue laper nih.

Makan dulu, ah. Gue belom makan 5 tahun. Yummy.

 Yah, saya kira itu. *ikutin omongan pak Daru* Setelah snack, kita diperkenalkan sama 3 suster unyu. (Hehe, beneran looooh.) Namanya Suster Agnes, Suster Theo, sama Suster Kresen. Asik-asik loh susternya! :))
 Nih fotonya suster Kresen sama suster Theo:


 Sayangnya, gak ada foro suster Agnes yang jelas. Hiks. Nah, ketiga suster inilah yang membimbing gue dan teman-teman setelah ret-ret. Aktifitas pertama adalah, kita dikasih permainan gitu. Permainan kelompok. Gue kelompok tujuh, alias kelompok Musa.

Permainannya, pertama disuruh bikin yel-yel. Dan yel-yel kelompok gue aneh setengah mati. Hmm... Gue udah lupa liriknya. Yang pasti ada gerakan injek-injek tanah secara maniak. (dan tidak lain tidak bukan yang mengidekan gerakan itu adalah, anak terunyu di dunia, gue.)

Setelah bikin yel-yel, kita dikasih krayon warna putih dan cat air warna coklat (coklat poop gitu).

Ini foto dari salah satu kelompok (kalo gak salah kelompok Samson) yang sedang mem"presentasi"kan lambang kelompoknya:

Samson itu KUAT! Denny: *dalam hati* Kepala Griven boleh juga nih gue jotos.

 Kemudian, abis games-games seru, kita makan malam. Makannya enak juga, loh. Nih suasananya:
Pisangnya cantik sekali. Warnanya kuning lagi, hmmph.

Emily (yang putih): Gile! Pisangnya warna kuning cuy!
Akhirnya makan jugaaa

Jose: Mau ngupil, tapi gengsi. Ntaran aja dah.

 Setelah puas makan malam, kita dengerin pembelajaran gitu dari suster. Tentang orang muda, orang tua, dan lain-lain. Orang tua membutuhkan orang muda, dan begitu pula sebaliknya. :))

Setelah itu, gue dan teman-teman naik ke atas untuk doa malam. Dan, akhirnya, hari pertama ret-ret sudah resmi berakhir.

Berakhir dengan ratusan pasang mata yang mengatup dengan tenang.

Day 2
Gue dibangunkan dengan teriakan seorang cewek dari berbagai macam kamar. "WOI BANGUN!!! UDAH PAGI!!", teriaknya dengan cukup lantang.

Gue nyaris jatoh guling-guling dari tempat tidur. Gue menyibak jendela kamar gue untuk memastikan. Langit gelap masih belum benajak. Masa udah setengah enam?

Tanpa pikir panjang, gue membangunkan room-mate gue, si Patricia, sang elang.

"PAT BANGUN!!!", kata gue sambil mengguncang-guncang tubuhnya.

Patricia merem melek sebentar dan kemudian menjawab, "IYA!!"

Dan setelah itu, gue keluar dari kamar dan bertanya pada orang yang lewat, "Eh, udah jem berapa sih?"

"Jam 4 kurang."

"Mati gue, Patricia pasti bakal menyiksa gue habis-habisan. Baru jem 4 kurang udah gue bangunin. ah, bodo amat. Gue ini coool.", kata gue (dalam hati)

Dan setelah si Patricia menyerocosi gue, kita berdua pergi mandi. (Tentu saja di kamar mandi yang berbeda.)

Setelah semuanya selesai mandi, kita berdoa pagi ditempat yang sama waktu gue dan teman-teman doa malam. Setelah doa pagi, MAKAN PAGIIII!!!

Karena makan pagi gak ada fotonya, jadi pasrahkan saja. Makan paginya kayak ayam gitu ya kalo gak salah, sih. Terus suasananya hampir sama kayak makan malam. Uh, gue emang unyu. (jadi gila tiba-tiba)

Sehabis makan pagi, gue dan teman-teman dikasih pengarahan tentang game hari ini.

Game hari kedua adalah....... #tobecontinued <----------- biar berkesan misterius, padahal enggak.

Oke, gak jadi to be continued. #yahgakserulolin

Jadi, game pertama hari ini adalah, suruh buat lingkaran dari satu kertas. Ya, satu kertas. Lingkaran itu harus nyambung dan gak boleh putus. Alat untuk membuat cuma gunting dan kertas.
Enggak. Gak ada batu, kok. Tenang aja.


Proses pembuatan lingkaran ajaib


Kelompok gue sedang berusaha untuk masuk ke lingkaran super-mini.
Yah, begitulah. Tapi, akhirnya masuk juga lho!!!

Ohya, di foto itu tadi, ada suster Agnes lho :3

Nilai-nilai yang gue dapatkan: kesabaran, ketelitian, kekompakan, dan gue harus kurus setelah pulang ret-ret.

Yang terakhir abaikan saja.

Setelah ada game itu, gue dan teman-teman disuguhi snack yang yummy. Terus, abis snack kita balik lagi buat ngedapetin tugas yang lebih seruuuu lagi.

Tugas yang pertama adalah: gue dan teman-teman disuruh nyari sesuatu (barang) yang bisa dijadiin lambang kelompok. Kelompok gue memilih daun. Gak gitu tau daun apaan.

Kelompok Musa!!! *injek injek tanah*
Perhatiin gak? Cuma gue loh yang pake sepatu. Uh, gue merasa unyu. *mulai lagi gebleknya*

Itu gambar kelompok gue yang lagi berdiskusi tentang apa alasan yang membuat kita memilih sebuah daun panjang dan hanya bertulang lurus. Terus, kita juga harus jawab pertanyaan, yang nantinya bakal di"presentasiin".

Kalo gak salah artinya adalah, kita harus berjalan lurus. Terus selanjutnya gue lupa.

Setelah itu presentasi, deh! Pas kelompok gue presentasi, gak difotoiin sama pak Poer, jadi gue kasih foto kelompok yang lain aja, oke:

Kelompok Maria sedang beraksi

Oke, setelah itu kita masih ada game lagi yang sayangnya juga gak di foto. -__-

Jadi, semua kelompok disuruh berbaris. Terus, dibagiin alkitab. Disuruh baca. Gue gak tau buat apaan. Akhirnya, dibaca deh.

Abis baca, kelompok gue disuruh baris memanjang ke belakang. Terus tau-tau si suster iket tali, supaya kita ber8 tetep nyambung. Nah, setelah itu, kita disuruh cari amplop buat tantangannya. Nah, jalannya susah banget.Harus diseret-seret. Susah banget.

Setelah teriak-teriak gara-gara kelabakan udah hampir ketemu amplopnya, kita balik ke aula. Dan menusun kata. Yang kira-kira kalimatnya begini:

"Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali." -Luk15:32

Setelah itu, kita makan siang lagi!! :9

Setelah makan siang, kayak dikasih pengarahan tentang game outdoor. Nah, ini nih yang paling seru! Tapi, kurang seru, karena gak ada air. T__T

Game outdoor pertama adalah: mindahin karet gelang. Kayak biasalah, dari belakang ke depan mindahin karet gelang pake sedotan. 

Terus game kedua, adalah salah satu dari kelompok gue, yang waktu itu adalah Elvan, sang VVOTA. Tapi, karena dia gagal terus, diganti jadi Glenn, The Master Junior. 

Nah si Glenn ini akan memakan topi kerucut yang ujungnya harus nyantol sama cantolan yang ada di atas tali. Susah banget, bro. Caranya gimana? Diberi instruksi sama anggota kelompok. 

Tapi, karena si The Master junior ini lupa caranya sulap, jadi diganti deh. Orang yang memakai topi kerucut adalah Elicia. Dan, berhasil beybehhhh!!!

Nah, selanjutnya, kita disuruh mindahin balon dari ember ke ember lain. Pake pipa gitu. Nih fotonya:
 
Emily: Gue hebat, ya. Bisa mindahin ginian sambil joget. Yeah beybehh

 
Carissa (yg baju ijo): Sus, ini balonnya boleh dimakan? Suster bisa liat kan? Saya kurang gizi.
Susah loh mindahinnya. Dan yang keempat adalah, game niupin aqua gelas. Ini juga susah. Napas gue hampir habis, gila. Seruuuuuuu!!!


Nih foto-fotonya:
Jeff: Aduh, jadi kebelet poop.

Kelly: enak juga nih, aqua gelasnya.

Kenny: AAAAAAAAOOOOOOO!!! Ah, yang penting mangap.

Vania: Ish! Kok gak jalan-jalan sih? Udah bibir seksi begini juga.

Neysa: Kayaknya enak nih buat dimakan.

Nah, game yang terakhir adalah, kita semua disuruh baris memanjang sambil duduk. Dari belakang, dikirimin sebuah pipa besar yang isinya balon isi air 2 biji. Kayak gini:

Liat gak di situ ada pipa gede? Nah, dalemnya balon isi aer. 

Ngeksis dulu, bro.
Gue unyu, ya di foto itu. HEHEHEHE.

Proses pemberian balon
Setelah itu, game selesai!

Terus mandi-snacksore-games.

Gamesnya disuruh gambar muka temen masing-masing. Gambar gue jelek parah. LOLLLL.

Nah, abis gambar-gambar, terjadi hal yang mengubah status gue menjadi artis mendadak. TEBAK!


Semua orang disuruh ngebuat doa sama sesuatu yang sulit dikatakan buat orang tua. Dan entah kenapa, dengan hanya menulis, gue bisa-bisanya nangis. Dan, karena gue nangis, semua orang jadi nanyaiin kenapa gue bisa nangis saat nulis doa dll. 

Suasana nulis doa. Tuh, gue lagi nangis di belakang si jaket merah.
Nah, abis nulis renungan, kita makan malem. Terus abis makan malem, kita kayak dikasih slide show gitu sama Suster. Tentang betapa uniknya diriku. 

Nah, setelah itu baru nangis kombo. Mau gue ceritaiin detailnya? Initnya sih, gue nangis sampe kejer. terus semua orang ketawaiin gue. yeay. Hmm, gak semua orang sih. Tapi ada sebagian orang juga yang gak nangis denger renungan, tapi malah ketawa. Gak ngerti juga kenapa bisa kayak gitu.

Terus tidur deh sampe pagi.

Day3
Paginya, gue mandi, terus doa pagi. Terus abis doa pagi, makan pagi. Abis makan pagi dikasih slide show gitu, tentang "HARUSKAH KITA MENGGERUTU?"

Tentu saja, tidak. Masih banyak orang yang lebih menderita dari apa yang kita alami. Jadi, kita gak boleh menggerutu. Intinya gitu.

Terus, seinget gue kita disuruh nulis doa buat orang tua dan gilanya, bakal dikirimin!


Gue gak nangis, kok. HEHEHE.

Terus, abis itu snack siang, kemudian misa, terus makan siang, daan...

PULANG!
 


Thanks for the all memories you've been share Rumah retret St. Lidwina! What an unforgetable moment you made for me and others! :))

NB:
BIG THANKS to Neysa Agustina for the lovely and amazing photos. :))
Gak kalah THANKS BERAT buat orang-orang yang ada di foto diatas. Without you, this post might not be ISTIMEWA. YOU ALL ARE ROCKSSSSS!

Love in SILENCE

HALO! HALO! HALOOOOOO!!!!! *sambil monyong-monyong*

Oke, gue amnesia.

Siapa gue sebenarnya?
Dimana gue sekarang?
Mengapa gue bisa ada di sini?
Kapan gue bertengger di sini?
Bagaimana bisa gue di sini?
Berapa harga cabai bulan ini?

Pertanyaan diatas adalah 5W+1H.

Oke, karena gue sudah laaaaaaaaaaaaaaaamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa gak update blog yang membingungkan ini, gue akan memberi tahu kalian sesuatu yang mungkin sama sekali (gak) penting, juga sesuatu yang (gak) akan merubah hidup kalian. Oke? Oke dong.

Jadi, sekarang gue udah kelas 9. Gue udah 14 tahun (oke, yang ini emang paling penting.) Sekarang, gue ikut jurnalistik di sekolah. Terus, yang sangat-sangat-sangat-sangat-sangat penting: gue masih jadi cewek, (dan masih jomblo.) Yeay.

Oke, itu aja sih informasinya. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi sekretaris saya. Saya tidak punya sekretaris. #LAAH

Oke, oke. Sebenernya, akhir-akhir ini gue suka gak jelas. Jadi ceritanya.....

Ceritanya..

Ceritanya..

Ceritanya..

Ceritanya..

Lin, sebenernya lo ini bikin orang penasaran atau bikin orang jadi kesel?

Oke. Sebenernya, gue agak takut nge-post hal beginian di blog. Tapi, mungkin sebagai awal, ya.

HEE! APA YANG KALIAN PIKIRKAN TENTANG HAL BEGINIAN DI BLOG, HAH?!?

Oke, gue akan memulai. Yah, lo tau sendiri, kalo gue mau cerita sesuatu pasti berlete-lete. Eh, berlele-lele, eh, bertele-tele maksudnya.

Gue akan mengungkapkannya.

Jadi gini, gue semacam punya hmm, apa sih bilangnya? Ya, itu. Apa? ya, keras. Eh, crush. Jangan menganggap gue gak pernah suka sama orang, oke. Jangan pernah.

Sekitar 2 tahun yang lalu, gue mengalami, hmm.. apa namanya? Love at the frist sight. Jadi...

Tunggu.

Kenapa gue jadi suka amnesia gini. Oke, lupakan.

Jadi, ceritanya yah, gue tiba-tiba suka aja gitu sama tuh orang.Cuma karena dia pernah minjem serutan gue dan nanya sesuatu yang gak penting. Sounds weird. Tapi, gue merasakannya sendiri.

Dan sejak dua tahun yang lalu sampai sekarang, gue masih belom bisa move on dari tuh anak. Dan yang paling gue bingungin adalah, kenapa susah banget move on dari cowok yang bahkan gak pernah ngobrol santai sama kita, yang bahkan mungkin sudah lupa nama kita. Jangankan nama, mungkin kalo kita lagi stick arround juga dia gak peduli-peduli amat. Ha.

Kejam? Enggak.

Sampai suatu hari, dia pacaran sama cewek. Cemburu? Ya... gimana? Mau cemburu gak ada hak, mau marah juga gak ada hak. Mau gak setuju juga gak ada hak. Intinya, gue gak berhak ngapa-ngapaiin karena, dia menganggap gue bukan siapa-siapa dia. Ha.

Beginilah penderitaan orang yang jatuh cinta diam-diam. Mereka hanya bisa memandang dari jauh betapa bahagianya si 'dia' dengan orang lain.

dan

Betapa gak pedulinya dia sama kita.

Nyesek? enggak.

Jatuh cinta diam-diam cuma perlu satu orang. Yaitu, gue sendiri. Egois, memang. Tapi, gue menikmatinya. Selama gue masih dibawah umur, suka sama orang diem-diem itu masih wajar.

Masih banyak kejutan yang menantimu.