Friday, November 7, 2014

Entahlah, gue juga bingung.

Di suatu selasa yang kelam, ketika gue baru selesai latihan untuk lomba tandu (yang akhirnya kalah.), gue pulang naik bajaj.

Seperti seorang remaja, gue yah sok jual mahal gitu, deng. Iya, gue emang terlalu jomblo, sampe sok jual mahal ke si Abang bajaj. (Gue bukan cabe plis. Camkan ini dalam hati.)

Maksud gue, lo tau kan, abang bajaj biasanya nawarin bajaj tuh kayak gimana.
"NENG NENG BAJAJ GAK NENG?"
"NENG MAU KEMANA NENG?"
"NENG NENG SUSU DONG NENG.."
"NENG NENG NENG NENG OMAIGAT NENG NENG NENG ABANG KELILIPAN INGUS NENG OMAIGAT"

Yah, gitu deh ya pokoknya.
Karena udah sore, yah gue asal pilih bajaj. (biasanya, gue akan menyeleksi abang-abang bajajnya. Mulai dari liat pakaiannya, anduk buat ngelap keringetnya, kebersihan bajajnya, keorenan bajajnya, tingkat kesensitifan rambut abangnya, istri abangnya siapa, anaknya cakep atau nggak, dan masih banyak, deh.)

Nah, kekacauan dimuali saat gue berkata:
Gue: Bang, Thalib II, ya.
AB: Oke, neng. 10, ya.
Gue: Iya.
Kemudian, dengan penuh nafsu (untuk pulang) tingkat tinggi, gue naik ke bajaj.

Awalnya, gak ada kesalahan dari arah yang dituju tukang bajaj untuk menuju ke rumah gue. Namun, pada akhirnya, gue menemukan suatu keanehan. Yang harusnya dia belok ke kiri, dia malah lurus. Sampai ke lampu merah mau arah ke Angke Jaya, gue bermaksud menyadarkan abangnya. Karena gue takut diculik (dan bingung juga, kenapa nih abang mau aja nyulik nyulik gue), gue bertanya pada abangnya.

"BANG INI GAK SALAH ARAH MAU KE THALIB DUA?"

Dengan lantang si abang menjawab,

"HAH? KE THALIB DUA? BUKANNYA KE ANGKE JAYA 10 YA?"

Kemudian, gue megap-megap di bajaj.

Enggak, deng.Gue mati suri. #hah

YA TUHAN INI GUE YANG SALAH APA ABANGNYA YANG TERLALU BUDEG SIH YAOLOH GUE MAU NANGIS TAU GAK DI BAJAJ (Ralat: gue udah nangis)

Setelah itu, untungnya, gue bisa pulang dengan selamat dan keadaan tubuh yang masih utuh. Amin.

Dari kejadian itu, mulai sekarang, jika gue pulang naik bajaj, gue berteriak ke abangnya like,

BANG THAAAAAAAAAA LIIIIIIIIIIIIIIB DUUUUUUUUUUUUUU AAAAAAAAAAAAA YAAAAAAAAAA.

Karena gue sudah kapok disasarin sampe Angke Jaya 10 lagi.

Salam penuh ketakutan,
Theniarti Ailin

Bintang-Bintang di Gurun Sahara

Ricci cupu banget. Bikin tandu aja 10 menit. (kata seorang anak lelaki yang bikin tandunya udah expert banget, yang dalam 10 detik bisa bikin 10 tandu.)

Gue abis lomba, dan gue akui, gue memang kalah. Tapi, inilah yang gue gak suka.Yang cupu gue, yang dijelek-jelekin Ricci. Ha....

Terus terang, gue emang payah. Rasanya, gue pengen minta maaf pada loker-loker di sekolah, burung-burung di udara, temen-temen SMP gue, temen-temen SD gue, TK gue, ah sudahlah. (Oke, gue terlalu alay. Abaikan saja, abaikan.)

Ini pertama kalinya gue membawa nama sekolah buat lomba. Rasanya kalah tuh kayak, lo sudah berusaha naik ke atas suatu bukit, untuk melihat lapangan luas nan indah, tapi, yang lu temukan hanyalah sebuah gurun Sahara.

Tapi, ingat. Di gurun Sahara, lo bisa melihat bintang bintang bertaburan di langit saat malam, menwarkan keindahan.

Seakan-akan, bintang-bintang yang berkedip di langit gurun Sahara menawarkan kita harapan, untuk terus berjuang dan percaya kalau kemenangan selalu akan datang, di waktu yang tepat.

Mungkin, ini bukan waktu yang tepat. Mungkin, gue memang harus lebih teliti lagi mencari lapangan luas nan indah itu.

*curhatan selesai* *iya gue sedih* *iya makhlumin aja*