Saturday, April 2, 2016

Ijinkan Aku Meledak

Udah lima minggu gue nggak nulis blog, padahal janjinya setiap minggu mau keluarin satu kiriman terbaru. Huft.

Pernah gak kalian berasa kayak pengin duduk aja sendirian, nggak pengin ada orang lain, sedangkan ketika ada seseorang yang udah berhasil ngedeketin kalian bertanya, "Kenapa?" kalian nggak tahu mau jawab apa.

Gue kayak gitu barusan. Pikiran gue kosong, tapi gue tahu gue lagi bingung. Mata gue kosong, tapi gue tahu gue lagi memerhatikan orang-orang sekitar. Dada gue kopong, tapi gue tahu suatu saat mereka akan tumbuh dan berkembang.

Ups.

Selama di SMA, orang-orang mengecap gue sebagai wanita tidak tahu diri, kerjaanya di sekolah melulu. Rumah cuma tempat gue buat tidur. Sampai-sampai, gue ketiduran di pelajaran Ekonomi (gurunya dikenal killer. Aw). Perbuatan super (tidak) terpuji inilah yang membuat sang guru jadi terpancing emosi dan akhirnya ia memuntahkan omelannya di hadapan seluruh kelas.

Gue jadi merasa spesial. Yang salah gue, yang diomelin satu kelas.

Boleh juga ya skill ketidak-tahu-dirian gue?

Omong-omong spesial, Martabak Spesial kenapa selalu mahal, sih? Padahal kodrat Martabak Spesial dengan Martabak lainnya kan sama. Mereka semua sama-sama seksi, sama-sama lezat, sama-sama membuat manusia bergairah, tapi mereka dibedakan berdasarkan harga. Gue menentang kasus peranaktirian ini! Gue tidak terima. Juga, mengapa namanya Martabak Spesial? Semua martabak itu spesial di mata gue. Haduh, bagaimana sih? Apakah mereka, para abang martabak, tidak berdiskusi dahulu ketika sedang menetukan nama-nama Martabak? Ingin kucium mereka satu per satu rasanya.

Sudah jarang menulis blog, guepun berangsur semakin garing. Bagus, bagus.

"Jangan mentang-mentang kamu selalu berjualan untuk sekolah kamu bisa bersikap seenaknya, ya! Kamu boleh ikut banyak  organisasi, namun kamu harus mampu mengatur waktu! Jangan belagu seperti ini."

Itu kata-kata bu Ekonomi ketika dia omelin gue. Sesungguhnya, kata-kata itu masih berbekas di mana-mana. Rasanya sakit banget dibilang kayak gitu, karena gue anaknya baperan jadi sakit aja gitu dibilang gitu. Banyak gitu ya "gitu"nya.

Ibaratnya gini, gue jualan juga buat sekolah, omelan guru gue terima, namun kenapa mereka tidak bisa menerima rasa kelelahan gue walau cuma sekali?

Yah, gue salah sih tidur di kelas. Maaf, Bu. Saya tidak akan ulangi lagi, sekalipun, dengan guru lainpun tidak akan.

((siapa tahu aja si Ibu baca blog gue. Gak apa-apalah dijilat dikit. :p)
Selain gue dicap seperti itu, gue juga dicap sebagai orang yang penuh emosi akhir-akhir ini. Gimana enggak, kalau misalnya ada orang yang meninggalkan tanggung jawab dan melupakan komitmennya begitu saja, apa lo nggak bakal kesel walau hanya sedikit?

Gue kasih kasus nih.
H-400 (kira-kira)
A: Gue mau dong jadi peran utama!
(Setelah itu si A mendapatkan peran utamanya, namun ia jarang latihan dikarenakan ujian, semuanya memaklumi itu. Namun, tiba-tiba...)
A: Gue keluar aja, deh. Peran gue diganti aja.
K: Kenapa?
A: Gue udah nggak niat.
K: Abis UN aja latihannya.
A: Gak mau, ganti aja orangnya. Gue udah nggak niat.

Kalau lo akan bilang "Nggak niat." di akhir, kenapa lo bilang mau jadi peran utama di awal? Lo tahu nggak itu nyebelinnya juara banget.

Gue, yang tadi punya respek tinggi sama orang itu, respek gue jadi turun hingga 95%. Dia pikir nyari peran pengganti gampang? Gue aja nggak dapet-dapet pacar sampai sekarang! (Hah.)

Dari sini, gue belajar. Nyari pacar itu nggak perlu yang ganteng mukanya. Cuma perlu yang mau tanggung jawab dan mau berkomitmen.

Sial, kenapa gue ngomongin pacar mulu, sih!?!?!??!?!?!?

Penuh amarah,


Theniarti Ailin